Tentang Aku

Thursday 26 February 2015

Mimpi tentang Zahra (2012 - Silam)

Ku coba mengingat kejadian yang telah berlalu, mengenang malam - malam yang telah silam, dan terus mengorek mimpi dalam memori. Dan ku teringat satu yang paling berkesan...
Entah kenapa malam itu aku tak jua bisa memejamkan mata, bukan karena nakalnya nyamuk -  nyamuk keaparan, bukan pula karena cuaca yang begitu panas. Lebih karena ada rasa gelisah, rasa resah yang terus mengoyak - ngoyak ketenangan hati.
Waktu terus merangkak menjadi kian malam,  suara lalu lalang jalanan pun mulai menghilang. suara burung malam yang menjadikan kesan malam itu seram pun tak terdengar lagi, entah karena lelah dan ia pun tertidur atau karena sudah tidak lagi ku gubris suara seraknya hingga ia enggan untuk menyanyikan lagu pilu. Yang jelas ku dengar hanya detak jantung yang terus menderu bagaikan rentetan tembakan dari pejuang yang kalang kabut tersudut diujung kematian sebagai pahlawan taak dikenal. Tanpa terasa tengah malam pun sudah terlewatkan dua jam yang lalu. tapi mata ini tak juga lelah setelah berkali - kali menjelajahi bilik bambu yang menjadi dinding penghalang angin malam yang akan menjamah kegalauanku. Terus ku paksa memejamkannya, angka sudah ku hitung, hayalan sudah melewat batas tingkat tinggi, dan zikirpun telah ku lafalkan, namun tetap saja tak memiliki efek yang menjadikanku memejam mata. berbagai posisi tidur telah ku atur, tapi apalah daya, tak ada guna...
Dalam kesendirian itu, ku bershalawat. terus dan terus, sampai akhirnya ke temui diriku sendiri berdirin tegak menatap kekosongan, mungkin inilah mimpi....

"Aku tersentak saat aku menyadari bahwa aku berdiri di satu bangunan yang begitu tinggi, bentuknya seperti apartemen, tapi sebenarnya ini sebuah bangunan kontrakan, seperti rumah susun pun tidak. Dan aku berada di lantai 4 dengan nomor kamar 56. Mataku terus mengitari seluruh ruangan, mencoba melongok keluar jendela untu berusaha mengingat, mengenal tempatku berada. 
"Rasanya seperti bangunan di timur tengah," gumanku dalam hati...
Tapi benar, dengan cuaca panas, mirip sekali bangunan zaman Nabi Luth dahulu. Aku terus berfikir kenapa bisa berada disini, dan aku mendengar samar - samar suara seorang gadis yang ku kenal,
"Seperti suara Zahra, apa benar dya?" fikirku
Kemudian aku keluar dari kamar, dan ternyata benar. Zahra yang menjadi tetangga kamarku. Zahra memandangku, sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Dan..... Subhanallah, Zahra benar - benar cantik dalam balutan gamis panjang berwarna merah delima, dengan manik - manik kecil berkilauan menjadi hiasannya..
Aku masuk kembali ke dalam kamar setelah membalas senyum dan lambaian tangan Zahra. Aku terus memikirkan ppemandangan indah yang baru saja ku alami, hingga aku tak tahu sudah berapa lama aku duduk disana. Lamunanku buyar begiun Zahra mengetuk pintu kamarku..
Tok....Tok...Tok.... sambil mengusap salam..
"Assalamu`alaikum... Mas... Nyari makan yuk." ucap Zahra dengan lembut..
"Wa'alaikum salam, Iya Zahra, sebentar ya.." aku terkaget kemudian tergesa - gesa membuka pintu.
Ternyata Zahra sudah terlebih dahulu menuuni tangga, dengan setengah berlari, aku mencoba mengejar Zahra. Tempat kami mencari makan tidak begitu jauh, apalagi pergi kesana dengan menggunakan sepeda motor milik Zahra. Matic berwarna merah...
Sesampainya di warung nasi kami memilih menu makan yang kami suka, tapi dalam otakku terus berfikir, sejak kapan warteg pindah ke timur tengah. tapi apa peduliku, perutku lapar, aku harus makan. Zahra sudah mendapatkan menu makan yang dia suka, aku pun sama walau hanya sebatas nasi, tempe orek, kentang, dan sedikit sambal. Saat hendak membayar apa yang ku beli, aku kembali kaget. Dengan sedikit membentak, Zahra berbicara kepadaku.
"Bukannya tadi udah makan, ngapain Mas makan lagi'" Nadanya yang tinggi menunjukan rasa ketidaksukaannya.
Dengan pasrah dan begitu memelas aku menjawab," Iya, ga jadi koq. Ga jadi beli makan".
Apa yang sudah ku genggam aku kembalikan lagi kepada pemilik warung. " Maaf bu, saya tidak jadi beli".
Aku menoleh ke arah Zahra, tapi Zahra sudah tidak ada disampingku, dya sudah menghidupkan motornya kemudian berkata padaku.
"Pulangnya jalan kaki aja, Aku duluan, Aku tunggu di kontrakan".
Zahra tanpa menoleh lagi alngsung pergi, aku pun tak smepat menjawab apa - apa selain pasrah pada apa yang terjadi.
Sambil menyusuri jalan pulang, dengan cuaca yang begitu panas, tanpa ada satu batang pohon pun untuk berteduh. hanya ada atap - atap yang sama panasnya dengan tanah yang ku pijak. Aku merasakan keringat mulai mgucur dari keningku, diatambah dengan rasa lapar dan haus yang sudah sejak tadi ku tahan. Aku mlai berfikir dan terus berfikir.

"Kenapa Zahra begitu galak kepadaku, dia begitu angkuh dan tak punya rasa peduli kepadaku, padahalkan dia yang mengajakku mencari makan. Tapi kenapa aku tidak boleh membeli makanan walaupun hanya untuk mengganjal perutku ini. Lagi pula aku yang membayar, terus kenapa juga dia begitu tega meninggalkanku dan membiarkanku berjalan kaki untuk pulang, apa maksudnya semua ini? Apa salahku padamu Zahra?" fikirku
Akhirnya smpai juga ke depan kontrakan, tapi masih harus naik lagi ke lantai 4. Satu demi satu anak tangga kupijak. Aku lelah, sangat lelah. tapi berusaha untuk fositif thinking, aku terus berfikir bahwa zahra menungguku diatas sana. ini perjuanganku untuk bertemu Zahra.
Sesampainya di lantai 4, ku ucap syukur pada yang Maha Kuasa karean dengan izin-Nya lah aku bisa sampai disini. Aku lengsung menuju kamar Zahra, tapi terdengar suara tawa Zahra menunjukan rasa senangnya, namun bukan rasa senang karena aku bisa mencapai pintu kamar Zahra, Zahra sangat senang karena dya sedang asik bercanda dengan seorang laki - laki yang baru kali ini aku lihat. aku tidak bisa melihat jelas bagaimana rupa laki - laki itu karena dya memunggungiku. yang jelas aku liahat adalah kegembiraan Zahra sampai Zahra pun tidak sadar bahwa aku sudah ada disana sejak tadi.
"Ya sudah Zahra, Aku pulang saja." kataku dalam hati seraya pergi. Zahra pun masih tidak menyadari keberadaanku.
Aku berjalan tertunduk, dengan rasa yang bercampur, rasa yang hancur, siang yang begitu panas, kini berubah menjadi mendung yang kelabu. Aku berjalan menuruni anak tangga menuju jalanan. Dan sampai ditepi jalanpun aku hanya bisa diam, tak mengerti apa yang mesti ku lakukan, kemana aku harus pergi untuk membuang jauh rasa sakit ini. Aku tidak bisa menangis, tapi batin ini terus meraung menjerit menahan hati yang tersayat oleh keriangan Zahra. Zahra, gadis yang tak pernah ku tau maksud dari hatinya..."

Aku tersentak, terbangun dari mimpi buruk itu, tapi kenapa rasa sakit hati itu tersa sampai kealam sadar. Walaupun aku sudah terbangun, aku tetap merasa sakait hati oleh perlakuan Zahra. Ku tengok waktu di jam tangan yang ku pakai. ternyata sudah jam 04.50 pagi... Aku berdiri dengan kesadaran yang belum bebar - benar terkumpul untuk menunaikan Shalat Subuh.
Diakhir shalatku, ku tutup dengan do`a, semoga mimpi yang kulewatkan malam ini hanyalah bunga tidur, bukan maksud dari apapun. Karena Zahra pasti bukan orang yang setega itu.. Semoga....................

No comments:

Post a Comment

Komentar anda